Hai Guys! Sesuai janji di post sebelumnya, kali ini gw mau cerita tentang destinasi-destinasi #Jalan2Jenius di Labuan Bajo.
Sebagai general information, itinerary kita adalah 4 hari 3 malam dan selama disana kita ditemenin sama travel partner @getlostpartner yang ngurusin semua itinerary, akomodasi dan destinasi kita. Kita berangkat naik Citilink (3 hours flight) dan sampai di Labuan Bajo Rabu siang. Hari Rabu kita stay di hotel La Prima Labuan Bajo, lalu hari Kamis sampai Sabtu kita Live on Board (LOB) di sebuah Phinisi namanya KLM Derya.
Oke sekarang gw akan mulai untuk ceritain destinasi-destinasi yang kita kunjungi di Labuan Bajo!
Bukit Sylvia Labuan Bajo
Highlight di tempat ini ada dua : Sunset view dan Gratis!
Destinasi pertama kita itu Bukit Sylvia. Sebenernya bukit ini gaada di dalam itinerary, tapi karena jaraknya dekat dan sore emang jadwal kita kosong, maka mampirlah kita kesana. Dari La Prima, jaraknya cuma sekitar 10 menit kalau pakai mobil. Bukit Sylvia ini berada di hamparan bukit-bukit lainnya, jadi bersebelahan dan dikenal dengan banyak nama lain: Bukit Cinta, Bukit Cynthia, Bukit Sovi, dll.
Masuk ke bukit ini biayanya gratis, palingan bayar parkir mobil aja ke warga lokal yang jaga. Disana hamparan bukitnya luas, jadi kita bisa mendaki ke bukit-bukit. Semakin tinggi kita mendaki, kita bisa mendapatkan panoramic view dari Labuan Bajo. Menurut gw ada 2 view unggulan dari puncak bukit Sylvia, yaitu hamparan bukit-bukit-nya jadi semacam bukit Teletubbies / Windows desktop dan view ke arah laut dengan pulau-pulau kecil di sekitar Labuan Bajo sebagai ornamennya (ini view favorit gw).
Nah makin ciamik lagi kalau kita disana pas waktu sunset. It was beatiful! Warna sunset-nya itu pink reddish, dan gw merasakan kebebasan pas ngeliat sunset view itu.
"Ruang waktu yang semesta hadiahkan untukku adalah waktu senja" - @utaham
Bukit Sylvia ini hidden gem banget sih! Awalnya gw cukup underestimate karena gak terkenal dan deket, tapi ternyata tempat ini tuh semacam trailer-nya aja dari Labuan Bajo and it was more than beautiful.
Kampung Ujung Bajo
Highlight di tempat ini adalah Seafood!
Setelah lihat sunset di Bukit Sylvia, kita langsung pergi ke Kampung Ujung Bajo untuk makan malam. Tentunya kalau lagi di pulau gitu paling enak makan fresh seafood!
Kampung Ujung Bajo posisinya ada di pesisir Labuan Bajo. Di sana berjejer gerobak pedagang dengan bermacam pilihan fresh seafood. Kita bisa pilih-pilih sendiri seafood yang kita mau untuk dimasak. Sistem masaknya sederhana banget sih cuma dibakar pakai kecap aja dan tambah sambel, tapi entah kenapa rasanya gurih banget dan porsinya gede. Di sini kita juga bisa melihat banyak turis-turis asing yang biasanya habis selesai sailing trip.
Fun Facts: selama kita nunggu makanan dimasak, akan ada pedagang" yang jualan. Jualan yang paling menarik itu kain-kain etnik. Take it from me, kalau kalian mau beli kain buat atribut foto atau oleh-oleh, beli pas disini aja dan bisa ditawar. Karena di pulau-pulau gaada yang jual dan di toko oleh-oleh di deket bandara harganya mahal.
Waktu pas kita udah mau pulang, akhirnya kita sampe sewa ojek untuk bawa abangnya dari pelabuhan ke bandara untuk beli kain. Hitung-hitung bantu pendapatan warga lokal disana kalau beli langsung ke pedagang.
Pulau Kelor
Destinasi pertama kita setelah mulai Living on Boat itu Pulau Kelor, dari pelabuhan Labuan Bajo perjalanannya kira-kira 30 menit. Pulau Kelor ini pulau kecil tak berpenghuni, jadi serasa pulau pribadi pas kesana. Pasirnya putih lembur, airnya jernih, ombaknya cukup tenang dan ada terumbu karang kalau mau snorkerling.
Di tengah-tengah pulau ada bukit kecil dan bisa didaki. Bukitnya gak tinggi-tinggi amat tapi agak curam dan gak ada tangga atau pegangan, jadi disaranin pakai sepatu trekking. Walau agak melelahkan dan terik matahari, tapi pemandangan dari atas bukit bisa jadi obat lelah. Panoramanya refreshing banget! Kita bisa ngeliat gugusan bukit dari pulau seberang + lautan jernih + pasir putih yang membentuk segitiga seperti daun kelor. Ya! menurut @akbr_gvns guide kita, dinamakan Pulau Kelor karena bentuknya seperti daun kelor.
Oh iya, karena pulau ini tidak ada penghuninya, jadi mohon banget kalau kesana jangan lupa bawa pulang sampah-sampah bekas makanan dan minuman. Leave nothing but footprints.
Pulau Rinca
Setelah dari Pulau Kelor kita berlayar ke Pulau Rinca. Kita sailing selama kurang lebih 2 jam dan sepanjang jalan bersantai di deck kapal sambil memandangi lautan biru luas dengan hamparan bukit kecoklatan pulau-pulau di Flores.
Highlight dari Pulau Rinca adalah melihat habitat asli dari Komodo Dragon.
Pulau Rinca itu bagian dari Taman Nasional Komodo yang menyandang predikat "New 7 Wonders of Nature" dan situs warisan dunia UNESCO. Bagian lain dari TNK ada Pulau Padar, Gili Motang, dan Pulau Komodo. Ya! jadi gw juga baru tau kalau Pulau Komodo dan Pulau Rinca itu berbeda, tapi jaraknya berdekatan dan keduanya merupakan habitat asli dari Komodo.
Kalau di Pulau Komodo pintuk masuknya namanya Loh Liang dan habitatnya lebih banyak hutan, sedangan di Pulau Rinca pintu masuknya Loh Buaya dan habitatnya lebih banyak Savana. Populasi komodo di Pulau Rinca ada sekitar 2.000 dan lebih mudah ditemui dibandingkan dengan di Pulau Komodo. Konon katanya, Komodo di Pulau Rinca lebih agresif dibanding di Pulau Komodo karena habitat padang savana panas dan jumlah hewan buruannya lebih sedikit, maka dari itu ukuran badan komodo di Pulau Rinca juga lebih kecil. Nah! Kasus Ranger yang diserang oleh Komodo juga banyakan kejadian di Pulau Rinca.
Selama di Pulau Rinca, kita gak boleh pergi sembarangan dan harus ditemani oleh Rangers. Kita gak boleh bawa makanan dan wanita yang sedang halangan harus dengan persetujuan rangers untuk bisa berkeliling atau tidak. Ya jelas karena komodo itu predator dengan sense yang tajam dan bisa ngelacak bau makanan atau darah dari jauh. Lucunya pas kita kesana @Bucimuchal lagi hari ke-4, jadi setiap ngelewatin komodo, kita kagum kagum was was ketakutan apalagi kalau komodonya tiba-tiba bikin gerakan.
Di Pulau Rinca ada pilihan jalur trekking pendek, medium dan panjang. Karena kita lelah dan was was jadi ambil jalur trekking pendek. Di rute pendek kita melewati kampung warga yang hidup berdampingan dengan Komodo. Literally! ada rumah yang di depannya tidur 3 komodo terus warganya santai aja minum kopi. Kita juga melewati sarang Komodo yang lagi dijagain sama induknya. Ternyata siklus hidup Komodo itu tragis. Jadi induk komodo itu menjaga telur-telurnya supaya saat menetas bisa dimakan sama dia, dan bayi komodo juga punya insting bahwa dia akan dimangsa sama ibunya, sehingga komodo yang kecil kebanyakan hidup di atas pohon. Kalau kata @Ritakart "Ibuku, predatorku".
Anyhow, Komodo Dragons are legendary! They are real living fossil here in Indonesia. Fantastic Beasts and Labuan Bajo is where to find them.
Pulau Kalong
Destinasi terakhir di hari kedua #Jalan2Jenius adalah Pulau Kalong. As the name implies, Highlight dari tempat ini adalah Kalong (big bats) dan Sunset (a magical one).
Perjalanan ke Pulau Kalong dari pulau Rinca sekitar 1 jam. Sambil menunggu mataharinya terbenam, kita snorkeling sebentar di dekat Pulau Kalong karena seharian udah gak sabar mandi air laut. SEGERR!
Setelah snorkeling, Phinisi Derya berlayar sedikit menuju Pulau Kalong. Untuk menikmati Pulau Kalong kita gak perlu turun dari kapal, karena memang gak ada dermaga dan isi pulaunya mangrove trees tempat jutaan kalong tinggal. Menjelang senja kapal-kapal akan parkir di sekitaran Pulau Kalong, dan kalau di Derya kita bisa naik ke rooftop deck yang paling atas untuk lihat pemandangan. Waktu itu sambil menikmati momen senja, kita sambil pasang lagu dari speaker, mengambil gambar, menari-nari, dan tertawa bersama. Truly living the moment to the fullest.
Ketika mataharinya sudah tenggelam dan hanya tersisa sinar pijaran ekor, mulailah “pertunjukan” sekelompok kalong berterbangan keluar dari mangrove. Kalong-kalong ini setiap hari terbang saat matahari terbenam ke arah timur untuk mencari makan dan kembali esok paginya untuk istirahat.
I counted the big bats 1... 3... 5... 10... 30... 50... then I lost count, then I stopped counting. Suddenly the sky was full of them and I just stood there in awe living that moment.
Ukuran mereka besar, sayapnya membentang megah dan lebar, samar samar terdengar screech di atas langit. Sebagai pelengkap suasana, dari arah barat masih bersinar keemasan matahari senja dan lagu yang dimainkan waktu itu “Fly On by Coldplay”. It was the most magical sunset I have ever felt.
Menurut gw sunset kayak gini gak bisa di-recreate, hanya Tuhan yang bisa menciptakan momen seperti ini.
Pulau Padar
The highlight of Labuan Bajo itself for me is Pulau Padar.
Di post sebelumnya, gw udah cerita tentang angan-angan gw ke Labuan Bajo berawal dari sebuah kartu pos Pulau Padar. Akhirnya kesampaian juga untuk datang menjelajahi surga tersembunyi di Labuan Bajo.
Hari ketiga #Jalan2Jenius dimulai langsung dari Pulau Padar. Kapal kita bermalam di dekat Pulau Padar agar pagi harinya bisa langsung bangun untuk menyaksikan sunrise dari sana. Berangkat ke Pulau Padar di pagi hari punya dua keunggulan utama: pulaunya masih sepi pengunjung dan tidak terik matahari. Hal ini krusial banget, karena untuk naik hingga ke puncak pulau padar memerlukan perjuangan cukup keras. Untungnya sekarang sudah ada anak tangga, tapi tetap melelahkan dan memerlukan waktu 20 - 30 menit untuk sampai ke puncak. Meski dengan persiapan fisik seadanya, tapi kita sampai di puncak bermodalkan tekad!
I've always dreamt of going to Padar Island cause the photos are magical. But being there in real life, it felt much more mythical.
Dari ketinggian puncak Pulau Padar kita bisa melihat daratan bukit-bukit Flores dihimpit oleh tiga teluk pantai dengan laut biru yang jernih. Tampak misterius dan tak terjamah, bahkan oleh waktu. Lost island, hidden paradise, Jurassic world. Call it all you want.
It's real and definitely one of the best destination in Indonesia.
Pink Beach
Seolah destinasi-destinasi di atas belum cukup memuaskan, kita melanjutkan perjalanan ke tempat-tempat yang tidak kalah Indah. Destinasi berikutnya menuju Pink Beach.
Highlight dari Pink Beach : Pink Sand & Snorkeling
As the name suggest, pantai di Pink Beach Labuan Bajo warnanya benar-benar merah muda secara natural. Faktanya, Pink Beach Labuan Bajo merupakan 1 dari 7 pantai merah muda di Bumi. Warna merah muda (pink) ini muncul karena adanya makhluk bernama Foraminifera yang menghasilkan pigmen merah pada terumbu karang di sekitar pantai bercampur dengan pasir putih, Jadilah warna soft pink.
Pink Beach ini berada di pulau tak berpenghuni, jadi disana gak ada toko atau warung bahkan toilet. Maka dari itu, jangan lupa siapin dan bawa perbekalan, obat dan peralatan masing-masing (again, leave nothing but footprint). Saat kita sampai disana pantainya lagi kosong serasa pantai milik pribadi. Pink Beach juga terkenal sebagai destinasi favorit untuk snorkeling karena terumbu karangnya banyak dan masih lestari. Puas banget pokoknya snorkeling disana karena di deket pantainya aja udah banyak terumbu karang dan ikan warna warni. Bahkan kita duduk-duduk main air di pinggir pantai aja, bisa dilewatin berenang sama ikan-ikan kecil.
Manta Point
Highlight dari Manta Point adalah berburu Manta Ray
Setelah puas snorkeling dan berenang di pantai, destinasi kita berikutnya agak lebih ekstrim sedikit. Dari Pink Beach kita berlayar sekitar 1 jam ke laut lepas dan memasuki zona Manta Point. Nah! Manta Point ini jadi bukan suatu tempat khusus atau pulau, melainkan sebuah zona di laut lepas dimana habitat segerombolan ikan pari berada. Challenge-nya adalah kita harus berburu untuk bisa melihat ikan pari, karena memang gak ada yang bisa menjanjikan dimana ikan parinya sedang berada. Beberapa temen gw yang pernah ke Manta Point Labuan Bajo cerita kalau mereka gak sempet ketemu sama ikan pari saat disana.
We were fortunate enough! setelah berburu sekitar 15 menit, dengan cara kru kapal melihat dari deck ke bawah laut untuk sesosok jubah gelap yang berenang-renang, dan Akbar guide kece kita berenang bebas di laut lepas untuk tracking arah berenang si pari manta. As I mentioned above, berburu manta ini agak sedikit ekstrim (bagi orang awam) karena berbeda dari snorkeling di pantai, disini kedalamannya sekitar 10 - 15 m ke dasar laut, ombaknya cukup tinggi di laut lepas, dan panik aja gitu. Alhasil dari 10 orang, hanya gw, @luckypakor, dan @nurakmaln yang menyusul Akbar mengejar manta.
Demi keselamatan bersama, kita menggunakan pelampung dan menitipkan gopro kepada Akbar untuk mengambil footage. Perlu dicatat disini bahwa gw gak pernah diving apalagi sertifikasi sebelumnya, Snorkeling aja learning on the swim di Labuan Bajo. Kesalahan yang sering gw lakukan saat snorkeling adalah salah ambil nafas jadinya malah ketelen air laut. Selain itu berenangnya juga harus waspada karena dimana ada ikan pari gak jauh akan ada ubur-ubur, sebab memang itu makanannya ikan pari. Bagi orang awam seperti saya, pengalaman berenang di laut lepas cukup bikin panik.
Akan tetapi kepanikan itu terhenti sesaat ketika dengan mata kepala sendiri melihat di dasar laut ada 3 ekor Manta Ray berenang-renang dengan anggunnya. It's like they are birds, but underwater. 1 ekor Manta Ray yang paling besar ukurannya mungkin 2 - 3 m diikuti oleh 2 ekor yang lebih kecil terlihat sedang mencari makan ke terumbu karang di dasar laut. Bentangan sirip mereka berwarna hitam seperti jubah atau sayap, dan bagian perutnya berwarna putih dengan corak bintik-bintik hitam, yang katanya itu seolah fingerprints bagi pari manta. Mereka terlihat berenang dengan santai (seperti gliding) tapi bergerak cepat.
Harapan gw di kepala pengen banget sih menyelam ke dasar laut, ngejar mereka, bahkan nunggangin dan berpelukan kalau bisa. Akbar si anak laut bisa. Dia menyelam ke bawah, berenang di atasnya Manta, dan oknum yang mengambil footage dari kedalaman laut. Sedangkan gw, Lucky, dan Akmal hanya bisa mengagumi dan mengekor dari pemukaan laut. But for now, that was enough. My first Manta Ray experience.
Taka Makassar
Setelah puas berenang seharian dengan snorkeling dan berburu Manta Ray, kita bersantai di kapal menunggu sore. Siang hari di Labuan Bajo cukup terik matahari jadi jangan lupa pakai sunblock yang banyak kalau gak mau gosong.
Destinasi terakhir di hari ketiga #Jalan2Jenius dihabiskan di Taka Makassar. Lokasinya gak jauh dari Manta Point dan berada di tengah laut lepas, bukan sebuah pulau, melainkan hanya sebuah gosong pasir putih (pasir yang berkumpul dan membentuk daratan). Adapun kalau mau main kesana, harus datang ketika lautnya lagi surut. Ukuran pulau pasirnya kecil dan berbentuk seperti boomerang kalau dilihat dari atas.
Taka Makassar ini memiliki daya tarik berupa keindahan pemandangannya. Kalian ingat scene terakhir dari Narnia : The Voyage of the Dawn Treader pas ketemu Aslan gak? Nah gw mendapatkan vibes yang sama di Taka Makassar ini. Lautnya jernih indah dipandang mata, warna airnya hijau tosca cerah, dan dikelilingi pasir putih yang lembut. Disana kita bisa berenang dan snorkeling dengan relatif aman di sekitar pulau pasir, tapi hati-hati untuk jangan wander off terlalu jauh karena bisa ketarik arus laut yang kencang.
Pulau Kanawa
Destinasi terakhir #Jalan2Jenius dan satu-satunya destinasi di hari terakhir di Labuan Bajo ialah Pulau Kanawa. Pulau ini lokasinya searah dengan pelayaran pulang dan hanya sekitar 1 jam dari Labuan Bajo. Pulau Kanawa ini punya ciri khas dermaga kayu yang dikelilingi dengan pasir putih, air laut yang bening, dan terumbu karang. Di pulau Kanawa ini juga sudah ada penginapan bungalow dan restoran sehingga cocok sebagai tempat relax sehabis Komodo Sailing Trip.
Highlight dari Pulau Kanawa sendiri adalah Snorkeling!
Nah! tapi experience snorkeling di Pulau Kanawa itu beda banget dibanding snorkeling-snorkeling sebelumnya, karena ekosistem lautnya sangat beragam dan kita bisa lebih intim main sama ikan-ikannya. Maksudnya gimana?
Jadi kalau misal pas di Pink Beach kita snorkeling lebih fokus untuk lihat terumbu karang lalu ada ikannya disana, kalau di Kanawa saat kita nyebur ke laut, ikan-ikannya udah berenang disekitar kita. Bahkan dari atas dermaga aja kita udah bisa ngeliat banyak banget beragam jenis ikan tanpa harus menyelam. Lalu yang seru lagi disana kita bisa fish feeding pake roti, dan ikan-ikannya akan rebutan makan dari tangan kita. Ini contoh kehandalan @timestrap, sang pangeran laut kita fish feeding.
Di pulau Kanawa jenis makhluk lautnya juga lebih beragam. Selain ikan warna-warni, disana gw menemukan bintang laut, bulu babi, dan LION FISH! The one from Insaniquarium. Tapi harus tetap berhati-hati ya guys walau having so much fun, karena beberapa makhluk laut seperti bulu babi dan lion fish beracun. Kadang saat snorkeling kita gak fokus sama sekeliling kita, dan faktor panik itu cukup krusial untuk bikin mati gaya.
Anyhow, it was a fun closing for this whole trip.
To wrap up, Ini adalah cerita dari destinasi-destinasi yang kita kunjungi selama #Jalan2Jenius ke Labuan Bajo. I felt really lucky to be a part of this trip. Thank you very much @Jeniusconnect for the opportunity and I really hope you guys can visit Labuan Bajo soon! Semoga tulisan ini bisa entertain dan menginspirasi kalian untuk segera set your goal ke Labuan Bajo dan melihat salah satu dari "10 Bali Baru" ini.
Menurut berita yang beredar, untuk beberapa waktu ke depan Labuan Bajo akan ditutup sementara untuk restorasi. I believe this is for a good cause. Semoga restorasinya dapat segera selesai dan kita semua bisa mengunjungi this paradise on earth in any time soon.
Travelling Trilby ask: Please tell me which are your favorite / dream destination form the lists above and why you want to see it?
Hasta La Vista!
コメント